Sabtu, 03 Januari 2015

Review Film “Di Timur Matahari”



Review Film “Di Timur Matahari”
1.                 1. Durasi                          : 110 Menit
  1. Genre:                          : Drama
  2. Produser                      : Ari Sihasale
  3. Sutradara                     : Ari Sihasale
  4. Penulis Naskah            : Jeremias Nyangoen
  5. Pemeran Utama           : Simson Sikoway Sebagai  Mazmur
  6. Pemeran Pembantu     :
-          Abetnego Yogibalom Sebagai Thomas
-          Laura Basuki Sebagai Vina
-          Lucky Martin Sebagai Nyong
-          Lukman Sardi Sebagai Samuel
-          Michael Idol Sebagai Michael
-          Putri Nere Sebagai Elsye
-          Ringgo Agus Rahman Sebagai Ucok
-          Ririn Ekawati Sebagai Dr. Fatimah
-          Frisca WaromiSebagai Suryani
-          Maria Resubun Sebagai Agnes
-          Razz Manobi Sebagai Yokim
-          Yullex Sawaki Sebagai Jollex

Kalau ada anak-anak seumur SD di Papua yang mendongak ke langit menanti sesuatu, jangan pikir mereka adalah sekelompok bocah “katro” yang belum pernah melihat pesawat. Yang mereka tunggu bukan pesawatnya, melainkan seorang guru yang akan turun dari pesawat itu untuk mengajari mereka.
Minimnya fasilitas pendidikan di pulau paling timur Indonesia yaitu Papua, membuat anak-anak disana seperti Mazmur (Simson Sikoway), Thomas (Abetnego Yigibalom), Suryani (Frisca Waromi), Yokim (Razz Manobi), dan Agnes (Maria Resuburn) merasa kurang mendapat perhatian untuk memperoleh pendidikan. Sudah 6 bulan mereka menanti seorang guru pengganti datang ke sekolahnya, namun sosok yang mereka harapkan tersebut tak juga kunjung tiba.

Karena lelah menanti akhirnya kelima anak ini mencari pelajaran dari alam dan lingkungan sekitar. Lewat pendeta Samuel (Lukman Sardi), ibu dokter Fatimah (Ririn Ekawati), Ucok (Ringgo Agus Rachman) dan Jollex (Lucky Martin) mereka akhirnya cukup mendapat pembelajaran hidup.
Sayang, keceriaan mereka harus terusik oleh konflik antar suku yang terjadi. Karena uang palsu yang didapat dari warga kampung sebelah, Blasius, ayah Mazmur, memukul seseorang sampai berdarah. Di tengah jalan, mendadak Blasius dihadang dua orang dengan busur di tangan mereka. Di depan mata Mazmur, dua orang tersebut memanah Blasius sampai  meninggal. Konflik pun memanas. Alex, salah satu adik Blasius, ingin membalas dendam dengan mengobarkan bendera perang.
Kabar kematian ayah Mazmur sampai kepada Michael, adik dari Blasius yang sejak kecil diambil oleh mama Jawa untuk tinggal dan belajar di Jakarta.
Sontak Michael pun merasa terpukul mendengar kabar tersebut dan langsung memutuskan untuk pulang ke Papua bersama istrinya yang bernama Vina (Laura Basuki), sekaligus mencoba menyelesaikan permasalahan yang terjadi disana. Ternyata meredamkan masalah yang terjadi disana tidak segampang yang diperkirakan Michael, apalagi untuk meredam emosi Alex, yang selalu saja menentang semua pemikirannya dan menganggap Michael sudah terlalu modern.
Tak tahan dengan kemelut permasalahan antar orang dewasa yang membelit mereka, anak-anak pun akhirnya bersuara. Meneriakkan keinginan polos mereka di antara dua suku yang tengah berperang, yakni kedamaian.
Dan nyanyian tulus mereka itulah yang mampu meluluhkan senjata orang-orang dewasa yang selama ini teracung tinggi-tinggi untuk saling melawan. Perubahan yang dibawa Mazmur dan kawan-kawan melalui nyanyian serta prinsip kedamaian mereka, membuat orang-orang akhirnya mau bergandengan tangan.